27 Januari 2014

Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan

Kepadatan populasi manusia lebih dikenal dengan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu tempat berkaitan dengan luas daerah tersebut. Kepadatan penduduk akan meningkat pesat jika tingkat kelahiran tinggi, sedangkan tingkat kematian rendah. Kepadatan penduduk juga dipengaruhi banyaknya imigran yang datang ke suatu daerah. Tingginya angka imigrasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk.

Jumlah penduduk yang besar mengakibatkan kebutuhan hidup juga besar sehingga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan lingkungan sebagai berikut.
  1. Kebutuhan air bersih dan makanan meningkat.
  2. Ketersediaan sumber daya alam semakin menurun.
  3. Tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi sehingga kualitas air dan udara semakin rendah. Akibatnya ketersediaan air bersih dan udara bersih semakin menipis.
  4. Luas lahan pertanian semakin sempit sehingga hasil pertanian semakin menurun.
  5. Daerah resapan air hujan semakin berkurang.
  6. Timbulnya permukiman-permukiman kumuh.
  7. Ruang gerak menjadi sangat terbatas.
Adanya permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan.

Usaha-usaha mengatasi kepadatan penduduk sebagai berikut.
  1. Menurunkan angka kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB).
  2. Menunda usia perkawinan muda.
  3. Melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang.
  4. Menambah lapangan kerja.

20 Januari 2014

Usaha Manusia untuk Mengatasi Pencemaran/Kerusakan Lingkungan

Usaha-usaha untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai berikut.
  • Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak dan di daerah-daerah perkotaan.
  • Mencegah penebangan liar dan menerapkan sistem tebang pilih (pohon yang boleh ditebang harus memiliki diameter > 60 cm).
  • Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara, bensin, dan solar.
  • Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian. Sengkedan dibuat untuk mecegah hanyutnya humus karena erosi. Dengan demikian, lahan pertanian di lereng pegunungan tetap subur.
  • Mengelola limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
  • Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dalam tanah.
  • Menerapkan prinsip 4R sebagai berikut: 1) Reduce, artinya mengurangi pemakaian. 2) Reuse, memakai ulang. 3) Recycle, mendaur ulang. 4) Replace, mengganti dengan bahan lain.
  • Melakukan upaya remidiasi, yaitu membersihkan permukaan tanah dari berbagai polutan.
  • Mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk buatan (kimia).

12 Januari 2014

Ekosistem

Suatu ekosistem tersusun dari komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Komponen biotik dan abiotik saling memengaruhi dan saling berinteraksi.
  • Komponen Biotik
Menurut perannya dalam ekosistem, komponen biotik dikelompokkan menjadi produsen, konsumen, dan dekomposer atau pengurai. Berdasarkan cara mendapatkan makanan, komponen biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu organisme autotrof dan heterotrof.
  • Komponen Abiotik
Komponen abotik terdiri atas seluruh benda tak hidup yang berbeda di sekitar makhluk hidup, seperti tanah, air, udara, cahaya matahari, suhu, dan iklim.
  • Saling Ketergantungan Antarsesama Biotik
Tak ada satupun makhluk hidup yang dapat hidup sendiri. Antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya terjadi saling ketergantungan, sehingga apabila salah satu ekosistem berubah maka akan mengubah seluruh ekosistem tersebut. Salah satu bentuk ketergantungan antara sesama komponen biotik dalam ekosistem tersebut adalah peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan terjadi antara produsen, konsumen, dan pengurai. Di dalam peristiwa ini akan terbentuk:
  1. Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan menurut urutan tertentu dimulai dari tumbuhan sebagai produsen.
  2. Jaring-jaring makanan adalah kumpulan peristiwa makan dan dimakan dalam ekosistem, terbentuk dari banyak rantai makanan.
  3. Piramida makanan adalah bentuk piramida yang menggambarkan perbandingan kandungan zat makanan dan aliran energi dari produsen ke konsumen tingkat pertama, ke konsumen tingkat kedua, ke konsumen tingkat ketiga, dan seterusnya sampai ke pengurai dalam satu ekosistem.
  4. Perpindahan energi berawal dari sumber utama energi dalam ekosistem, yaitu cahaya matahari. Tumbuhan hijau memanfaatkan cahaya matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis dihasilkan zat makanan, yaitu zat tepung yang mengandung energi kimia. Jadi, melalui proses fotosintesis terjadi pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia.

5 Januari 2014

Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Makhluk hidup bernapas untuk memperoleh oksigen (O2) dengan cara yang berbeda-beda. Hewan darat umumnya bernapas dengan paru-paru, sedangkan hewan air bernapas dengan insang, kecuali  paus, lumba-lumba, dan mamalia laut lainnya yang bernapas dengan paru-paru. Pada tumbuhan, oksigen dapat masuk melalui celah pada akar, batang, dahan, ranting, dan daun. Celah pada akar, batang, dahan, dan ranting disebut lentisel, sedangkan celah pada daun disebut mulut daun (stomata). Manusia bernapas dengan paru-paru dan memasukkan O2 melalui hidung. Oksigen dalam tubuh makhluk hidup digunakan untuk pembakaran zat makanan (oksidasi biologis). Hasil oksidasi biologis adalah energi, sedangkan sisa pembakaran berupa gas karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O). Energi digunakan untuk bergerak, tumbuh dan berkembang.
  • Bergerak
Manusia dan hewan bergerak dan dapat berpindah tempat dengan menggunakan alat gerak, yaitu tangan dan kaki. Sementara itu, tumbuhan bergerak untuk tujuan pertumbuhan dan biasanya merupakan reaksi terhadap rangsangan. Misalnya gerak batang/daun menuju arah datangnya cahaya atau gerak akar mengarah ke bumi karena adanya rangsangan gaya tarik bumi.
  •  Menerima dan mereaksi rangsangan (iritabilitas)
Makhluk hidup peka terhadap rangsangan karena memiliki indra sebagai penerima rangsangan. Reaksi terhadap rangsangan pada manusia dan hewan lebih cepat dibandingkan dengan reaksi pada tumbuhan karena manusia dan hewan memiliki saraf. Umumnya rangsangan yang direspon manusia dan hewan berupa sentuhan, zat kimia, panas, cahaya matahari, dan suara. Sementara itu, rangsangan pada tumbuhan dialirkan dari sel ke sel sehingga reaksinya lambat. Tumbuhan hanya merespon rangsangan tertentu seperti sentuhan dan cahaya matahari. Reaksi terhadap rangsangan biasanya berupa gerak.
  • Memerlukan makanan (nutrisi)
Untuk bergerak, tumbuh dan berkembang makhluk hidup memerlukan energi. Energi didapatkan dari makanan. Makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan yang tak berhijau daun memperoleh makanan dari makhluk hidup lain. Sementara itu, tumbuhan hijau membuat makanan sendiri melalui fotosintesis.
  • Mengeluarkan zat sisa (ekskresi)
Proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan. Jika tidak dikeluarkan, zat sisa akan menjadi racun bagi tubuh. Pada hewan dan manusia zat sisa dikeluarkan bersama urine melalui ginjal, keringat melalui kulit dan gas karbon dioksida melalui paru-paru. Tumbuhan juga mengeluarkan zat sisa melalui celah di permukaan ranting, dahan, batang dan mulut daun.
  • Tumbuh dan berkembang
Pertumbuhan adalah perubahan dari kecil menjadi besar karena bertambahnya jumlah sel dan volume sel. Manusia dan hewan mengalami pertumbuhan sampai batas usia tertentu, sedangkan tumbuhan dapat tumbuh terus-menerus sepanjang hidupnya. Perkembangan adalah perubahan makhluk hidup menuju kedewasaan. 
  • Berkembang biak (reproduksi)
Sebagai kelanjutan proses tumbuh dan berkembang, makhluk hidup melakukan perkembangbiakan yang menghasilkan keturunan untuk mempertahankan jenisnya dari kepunahan. Perkembangbiakan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu secara kawin (seksual/generatif) dan tak kawin (aseksual/vegetatif). Perkembangbiakan tak kawin hanya melibatkan satu induk sehingga keturunannya sama dengan induknya, sedangkan perkembangbiakan secara kawin melibatkan dua induk sehingga keturunannya berbeda dengan kedua induknya (variasi).